Gaya Hidup yang Selaras dengan Alam

Sebagai seseorang, aku melihat ada 3 pilihan untuk mendedikasikan diri pada kehidupan. Pilihan pertama seringkali tertuju pada menjadi bagian dari pengaturan negara (Indonesia: pemerintahan, di tingkat yang terendah adalah menjadi massa dari organisasi politik), pilihan kedua adalah menjadi bagian dari penggerak perekonomian (di tingkat yang terendah adalah menjadi buruh) dan pilihan ketiga adalah menjadi bagian dari gerakan masyarakat yang seringkali bersebrangan dengan kebijakan pemerintah dan paradigma penggerak perekonomian yang cenderung mengeksplotasi sumber daya dan berakibat pada terguncangnya keselarasan alam, pengikisan budaya, efek psikologis sosial masyarakat bahkan pembunuhan hak-hak individu yang tidak sejalan dengan pilihan hidup pertama dan kedua.

Ketika aku memilih pilihan untuk menjadi bagian dari gerakan masyarakat, sebenarnya tidak ada niat untuk berseberangan dengan pilihan hidup pertama dan kedua, tetapi sebaliknya berusaha menyelaraskan kebijakan pemerintah dan paradigma ekonomi tersebut agar mampu memberi energi positif untuk mencapai keseimbangan pada siklus kehidupan hingga generasi berikutnya dan seterusnya.

Meskipun sebenarnya pemerintah memiliki lembaga-lembaga yang bertanggung jawab pada keselarasan alam, kebudayaan, sosial masyarakat dan perlindungan hak-hak individu, namun seringkali lembaga-lembaga ini tidak berfungsi dengan benar tanpa pengawasan masyarakat.

Begitu juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai program CSR (Corporate Social Responsibility). Program ini para realitanya kebanyakan hanya merupakan ajang mempromosikan produk perusahaan sesuai hukum ekonomi untuk memperoleh keuntungan usaha yang sebesar-besarnya, bukan sebagai tanggung jawab sosial dari efek samping aktifitas perusahaan.

Masyarakat sebagai pemilik negara yang syah, yang tidak mengambil 2 pilihan diatas untuk mendedikasikan diri pada kehidupan, tetap mendedikasikan dirinya dengan cara dan kapasitasnya sebagai individu. Banyak dari mereka yang menyadari ketidak-seimbangan kebijakan pemerintah dan paradigma ekonomi namun tidak berbuat suatu apapun, dan banyak pula yang tidak mengetahuinya sama sekali karena rendahnya pengetahuan. Fenomena inilah yang kemudian melahirkan pilihan ke 3 sebagai gerakan masyarakat. Suatu gerakan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa pemerintah dan perusahaan harus ‘dipaksa’ untuk menjaga keseimbangan siklus kehidupan.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjadi pelopor gerakan mengedukasi masyarakat. Tidak hanya menuntut hak-hak yang seharusnya tetapi juga memahami peran, serta melibatkan masyarakat itu sendiri sebagai penyeimbang siklus kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

'